Translate

Sabtu, 30 November 2013

Ramon Papana, the Godfather of Indonesia’s Comedy Scene

Florence Armein                                                                                                                                       BERITA SATU

It was when Ramon Papana visited the United Kingdom to attend the Disco Mix Club World DJ Championships in 1991 that he had the opportunity to see a variety of comedy shows that were very different from the ones he was used to seeing in Indonesia.
It was there that he decided that Indonesia should develop stand-up comedy that was more “intelligent” than the slapstick routines that have long characterized comedy shows in the country.
After establishing his own production house in 1993, which produced numerous comedy shows for local television such as “Hari Harry Mau,” “Lenong Rumpi,” “Hari Harry Gila” and “F-2,” Ramon dedicated himself to practicing and teaching stand-up comedy to his fellow Indonesians. He invited several local comedians such as the late Indra Safera, Tukul Arwana, the late Taufik Savalas, Eko Patrio, Tio Pakusadewo, and his late son Ade Namnung, to observe the “intelligent comedy” methods central to stand-up comedy outside Indonesia.
Given the importance of open-mic sessions to the development of stand-up comedy in America and Europe, Ramon established the Comedy Cafe in Jakarta in 1997, the first ever in Indonesia. Open-mic sessions were held every Wednesday, allowing anyone who wanted the opportunity to give stand-up comedy a try. That initial effort, however, wasn’t very successful and Ramon often found himself taking over the stage himself for a session or two.
For years, Ramon performed on open stages or at corporate events as a stand-up comedian in what was then a barren segment of the performing industry, introducing stand-up comedy to the public and encouraging anyone who was interested to learn the art of comedy. He also reached out to local TV stations and promoters to help develop stand-up comedy in Indonesia.
These efforts were initially met with skepticism, and many of those Ramon encountered did not believe stand-up comedy “fit” with the local culture. But he remained committed to the idea that stand-up comedy could take root in Indonesia, providing gifted comic talents here the opportunity to make a decent living from stand-up comedy, just as comics do in countries such as the United Kingdom, the United States, Australia, India.
Around 2011, stand-up comedy began to take off in Indonesia and spread through communities who held open-mic sessions, workshops and shows. Ramon decided to write a book on the subject, “Kiat Tahap Awal Belajar Stand Up Comedy Indonesia” (“Tips on the Early Learning of Stand-up Comedy in Indonesia”), abbreviated as “Kitab Suci” (“Holy Book of Comedy”). The book, which was published in April this year, is the first and only book on stand-up comedy to be written in Indonesia.
There are some 300 comedy communities in the country from Aceh to Papua, and comedy TV shows are booming, as more and more young people decide to adopt stand-up comedy as a profession.
In early 2012, Eamonn Sadler, a great friend of Ramon’s and the founder of the Jakarta Comedy Club, an English-language comedy club that has been putting on monthly shows for more than a decade, outlined his plans to Ramon to launch a fringe festival in Indonesia. Out of their discussions came the idea for the first Jakarta International Fringe Festival, which will be held Nov. 7 to 11.
Ramon said he leapt at the opportunity to be involved, because he believed the festival would help build momentum for stand-up comedy in Indonesia.
“To me, the Jakarta Fringe Festival 2012 is a dream come true and I am enjoying every minute of its growing process,” Ramon said.
To purchase tickets and to learn more about the festival, visit www.jakfringe.com

The Jakarta International Fringe Festival, which will be held from Nov. 7-11, is organized by the Jakarta Comedy Club, beritasatu.com and thejakartaglobe.com

Jumat, 29 November 2013

KALAU NGE-BOMB, NGAPAIN ?

KALAU NGE-BOMB, NGAPAIN ?sumber:  What to do when you bomb.-Judy Carter
Salah satu alasan terbesar kenapa seorang comic Bombing adalah karena mereka tidak "nyambung" dengan dirinya sendiri. Mereka menggunakan "automatic pilot", mereka bertingkah "palsu" dan penonton berhenti mendengarkan diawal penampilannya.
Strategi mengatasi bombing:
STRATEGY NO.1: Teguh pada penampilan dan terus tampil seperti yang sudah direncanakan.
Tetap lakukan dan bawakan penampilan Anda terus sampai penonton bisa "nyambung" dengan Anda. Cara ini perlu keyakinan dan hanya mampu dilakukan setelah memiliki banyak pengalaman panggung. Memerlukan keberanian untuk tetap mengutarakan pandangan kita sementata di ruangan itu tidak ada yang perduli. Tapi ini yang kemudian membuat comic menjadi hebat.
STRATEGY NO.2: Akui bahwa Anda tahu bahwa Anda nge-Bomb
Ketika Anda merasa benar benar penampilan Anda kacau dan bomb, akui saja.
"Oh, my God.....I've just taken a trip to hell!"
Bila memang Anda terserang panik yang berlebihan maka hal yang lebih buruk adalah pura pura segalanya berjalan lancar.
Pernahkan lihat coming yang mulai "mati" tapi puta pura tidak terjadi dan  langsung mempercepat  penampilannya? Comic itu malah lebih banyak senyum senyum dan  berpikir berhasil menutupi perasaannya. Semua tingkah palsu ini akan membuat penonton semakin tidak nyaman.
Ketika penonton melihat comic menderita tapi pura pura "ok", membuat mereka semakin berat untuk tertawa. Mereka akan mencium penderitaan si comic.
Jalan terbaik membebaskan derita mereka dan si comic adalah dengan "memanggil" situasinya. Hentikan penampilan Anda  dan katakan apa yang sebenarnya terjadi dalam pikiran Anda .
Mengatakan keterangan tentang situasi yang ada akan merupakan "pembebasan". Nikmat. Lucu.
Comic dan presenter terkenal Letterman dan Carson membuat materi dari soal Bombing ini.
"...Is there a revolver in the house? Hey, I'm going to keep plugging ahead" - Johnny Carson
(SETELAH JOKE YANG NGE-BOMB) "Boy, Paul, I'm not feeling well tonight. Maybe I'm ovulating" - David Letterman
Seorang comic mulai ngeBomb waktu melihat Bapaknya hadir diantara penonton. Menggunakan teknik "calling it" dia menghentikan penampilan dan berkata: "Bapak saya hadir disini dan saya kuatir kalau saya tidak lucu dia marah dan menghukum saya"
Begitu comic melibatkan penonton dalam kenyataan yang dihadapinya, penonton terpancing ketawa.
STRATEGY NO.3: Turun panggung!

MENCIPTAKAN GAYA SENDIRI

MENCIPTAKAN GAYA SENDIRI DALAM STAND UP COMEDY

"Jangan kayak yang gitu gitu lagi dong!"

Sampai  disini kita sudah konsentrasi  untuk menciptakan Stand Up Comedy dari kisah dan cerita pribadi Anda.
Ingat Stand Up Comedy is Personal Comedy.
Menggali cerita Anda atau Cerita yang menggambarkan dunia disekeliling Anda, menerapkannya dalam format Set Up Punch, dan mengKomunikasikannya secara verbal kepada penonton.
Ingat bahwa kalau Jokes Anda tidak Set Up Punch maka itu bukan Stand Up Comedy
Saya percaya bahwa itu adalah bentuk formasi yang benar dalam Stand Up Comedy.
Ada juga, bagaimanapun, comic yang sukses yg menggunakan gaya atau style lain dari comedy termasuk
- Props
- Humor Politik
- Impressions
- Characters
- Musik
- Dll
Jangan terlalu cepat untuk menCap diri atau membatasi diri sendiri. Kebanyakan Comic menjaga agar tetap sederhana (simple) dengan menggunakan standard  format Set Up Punch.
Tapi bagaimanapun jangan juga melawan hasrat pribadi yang muncul dari dalam diri Anda sendiri.
Kalau Anda merasa penting untuk main biola, ber siul siul, nyanyi atau memakai baju wayang, lakukan saja.
Sabar. Jujur pada diri sendiri, ikuti hasrat natural, dan bakat asli karunia Tuhan akan muncul sendiri pada diri Anda.

Stand Up Comedy Sebagai Profesi

Stand Up Comedy Sebagai Profesi
Bagi saya, Stand Up Comedy adalah pekerjaan “full time” walaupun mungkin dimulai sebagai hobi atau kerjaan sambilan sebagaimana orang bermain tenis atau bulutangkis di akhir minggu atau ikut tim sepakbola antar kampung yang kemudian berkembang menjadi profesi penuh. Mungkin nanti di Indonesia akan banyak orang yang tahu pasti apa yang akan mereka lakukan dengan bercitacita menjadi seorang Comic, tapi akan ada juga yang secara tidak sengaja jatuh ke dunia Stand Up Comedy.
Bagaimana caranya menjadi seorang Stand Up Comedian? Apakah ada pelatihan khusus agar Anda bisa menjadi seorang Comic Profesional? Di Amerika dan Eropa memang telah banyak lembaga atau sekolah yang mengajarkan teknik dan cara Stand Up Comedy, tapi di Indonesia belum ada wadah pendidikan seperti itu. Karena Stand Up Comedy akan dikenal luas di Indonesia bukan hanya sebagai jenis pertunjukkan comedy baru tetapi juga sebagai pilihan profesi baru dengan masa depan yang menjanjikan baik dari segi popularitas maupun ekonomi, maka tidak lama lagi akan ada lembaga pendidikan dan pelatihan Stand Up Comedy Indonesia.
Sebenarnya pada usia berapa Anda bisa menjadi seorang Stand Up Comedian? Saya rasa tidak ada batasan usia untuk menjadi seorang Comic walaupun saya percaya bahwa Comic yang baik pasti punya pengalaman hidup yang cukup panjang. Bila ada seorang anak berusia 8 tahun yang melakukan Stand Up Comedy di hadapan anak-anak seusianya pasti penontonnya mengerti apa yang disampaikannya, sebaliknya sang Comic cilik juga mengerti apa yang dipikirkan penontonnya. Saya tidak berharap anak itu akan sukses tampil di hadapan penonton di bar atau café yang penuh dengan orang orang dewasa setengah mabuk.
Bila sekarang Anda sudah mendapat gambaran tentang dunia
Stand Up Comedy dan bisa membayangkan bila ini menjadi pilihan profesi Anda, seperti juga profesi-profesi yang lain, pelajari dan latih diri Anda agar bisa menjalankan Stand Up Comedy sebagai profesional.
Seperti juga pilihan profesi lain di bidang seni atau profesi yang

masih baru dikenal di Indonesia, Anda akan menghadapi tantangan dari pasangan atau keluarga Anda ketika Anda memberitahukan tentang niat Anda untuk menjadi seorang Comic. Anggap saja hal itu sebagai hal yang wajar dan ajaklah mereka lebih sering bersama Anda menonton Stand Up Comedy show atau video dan ceritakan tentang kesuksesan para Comic terkenal, agar (mungkin) mereka akan berbalik mendukung Anda.